Total Tayangan Halaman

Selasa, 15 November 2011

SEMANGAT JIWA

Mario Teguh
Adik-adik saya yang baik hatinya,

Sesungguhnya tugas Anda adalah mengubah keharusan hidup Anda,

dari pribadi yang MENUNGGU, menjadi pribadi yang DITUNGGU.

Janganlah lama-lama menjadi pribadi yang MENUNGGU diberi, menunggu dikasihani, menunggu diperhatikan, menunggu diperlakukan adil, menunggu digaji, menunggu dinaikkan pangkat, dan menunggu diperhatikan.

Belajar dan bekerja keraslah dalam kejujuran dan niat untuk menjadi keuntungan bagi sesama, bersabarlah menghadapi kesulitan, peliharalah rasa hormat Anda kepada orang tua dan guru, bergaullah dengan orang-orang baik, peliharalah kedekatan dengan Tuhan, dan damaikanlah wajah dan hati Anda dengan rasa syukur.

Mudah-mudahan dengannya, Anda akan segera menjadi pribadi yang DITUNGGU.

Hemm … DITUNGGU membayar gaji, ditunggu kehadirannya, ditunggu nasehatnya, ditunggu bantuannya, ditunggu perlindungannya, ditunggu kepemimpinannya, dan ditunggu pembahagiaannya.

Maka bersegeralah belajar dan bekerja.

Kita semua memang sedang menunggu rahmat Tuhan, tapi ...

Anda yang sibuk selama menunggu, akan menjadi pribadi yang ditunggu.

Mario Teguh
Founder | www.MTSuperForum.com | Loving You All As Always | Jakarta

Selasa, 09 Agustus 2011

cerpen gaul dan menyentuh hati

Wednesday, January 18, 2006  
Jangan Menyebut Dua Frasa Itu


Cerpen Marhalim Zaini

Yang hidup di tepi laut, tak takut menyambut maut.
Tapi ia, juga orang-orang yang tubuhnya telah lama tertanam dan tumbuh-biak-berakar di kampung nelayan ini, adalah sekelompok paranoid, yang menanggung kecemasan pada dua frasa. Dua frasa ini merupa hantu, bergentayangan, menyusup, menyelinap, dan acapkali hadir dalam sengkarut mimpi, mengganggu tidur. Dan saat bayangannya hadir, ia membawa kaleidoskop peristiwa-peristiwa buruk, yang menyerang, datang beruntun. Maka, ketahuilah bahwa dua frasa itu sesungguhnya kini hadir lebih sebagai sebuah energi negatif yang primitif, selain bahwa ia juga sedang menghadirkan dirinya dalam sosoknya yang energik, molek dan penuh kemegahan.

Tapi mampukah ia, si renta yang bermulut tuah, bertahan untuk tidak menyebut dua frasa itu, yang sesungguhnya telah demikian lekat bersebati di ujung lidahnya, bagai asin laut yang ia cecap setiap hari dan terus mengalir di air liur ke-melayu-annya.

"Ingat ya Tuk, Datuk tak boleh menyebut dua frasa itu. Bahaya!" Demikian proteksi dari yang muda, dari cucu-cicitnya. Dan merekalah yang sesungguhnya membuat ia kian merasa cemas. Di usianya yang susut, ia justru merasa kekangan-kekangan datang menelikung. Tak hanya kekangan fisik karena kerentaan yang datang dari kodrat-kefanaan tubuhnya sendiri, tapi juga kekangan-kekangan yang kerap ia terima dari orang-orang di luar tubuhnya. Orang-orang yang sebenarnya sangat belia untuk mengetahui rasa asam-garam, sangat rentan terhadap patahnya pepatah-petitih di lidah mereka.

Tapi, di saat yang lain, ia merasa aneh. Kenapa dua frasa itu, akhir-akhir ini demikian bergaram di lidahnya, tetapi demikian hambar di lidah orang muda? Tengoklah mereka, orang-orang muda, mengucapkan dua frasa itu seperti angin yang ringan, terlepas begitu saja, dan terhirup tak berasa. Dua frasa itu mereka ucapkan di merata ruang, merata waktu. Dari ruang-ruang keluarga, sampai dalam percakapan di kedai kopi. Dan setelahnya, secara tersurat, memang tak ada satu pun peristiwa buruk yang tampak terjadi, seperti layaknya ketika ia, si lelaki renta, yang mengucapkannya.

"Datuk kan bisa melihat akibatnya, ketika dua frasa itu keluar dari mulut Datuk yang bertuah itu. Badai topan datang menyerang dari arah laut. Habis semua rumah-rumah penduduk. Lintang-pukang seisi kampung nelayan. Nah, kalau Datuk memang tak ingin melihat anak-cucu-cicit datuk porak-poranda, ya sebaiknya Datuk jangan sesekali menyebut dua frasa itu. Dan Datuk tak boleh iri pada kami, ketika kami dengan sangat bebas bisa menyebut dua frasa itu, karena Datuk sendiri tahu bahwa lidah kami memang tak sebertuah lidah Datuk."

Tapi ia, si lelaki renta itu, selalu merasakan ada yang aneh. Instingnya mengatakan bahwa ada badai-topan dalam wujudnya yang lain yang sedang menyerang, sesuatu yang tersirat. Sejak ia mengunci mulut untuk tidak menyebut dua frasa itu, justru kini ia menyaksikan persitiwa-peristiwa buruk yang lain datang, sedang menyusun kaleidoskopnya sendiri. Tengoklah, kenapa kian menjamurnya anak-anak perempuan yang hamil luar nikah, dan anak-anak terlahir tak ber-Ayah. Kenapa kian dahsyatnya anak-anak muda yang tenggen, mengganja, dan saling membangun anarkhi dan istana-istana mimpi dalam tubuh mereka. Kadang-kadang malah mereka kini tampak serupa robot, atau bahkan kerbau dungu, atau serupa mesin-mesin yang bergerak cepat tak berarah, membabi-buta. Akibatnya, kampung nelayan yang serupa tempurung ini, kini lebih tampak sebagai sebuah ruang diskotek tua yang pengap, sebuah ruang yang sedang menanggung beban masa lampau sekaligus beban masa depan.

Dan tengoklah pertikaian demi pertikaian yang terjadi. Jaring Batu hanyalah sebuah sebab, yang membuat perahu-perahu dibakar, orang-orang diculik, dipukul, dan perang saudara kemudian membangun tembok yang sangat angkuh di antara orang-orang Pambang dan orang-orang Rangsang. Hanya egoisme sesat yang membuat mereka lupa bahwa mereka sesungguhnya berasal dari satu rumpun, satu ras, satu suku. Dan mereka para nelayan, yang mestinya adalah para penjaga tepian ini, tapi kini mereka telah menjelma para nelayan yang meruntuhkan tepian ini.

Peristiwa buruk lain yang kini melanda adalah timbulnya beragam penyakit yang aneh. Penyakit-penyakit yang tak bisa disembuhkan hanya dengan tusukan jarum suntik pak mantri, dan kebal dari obat-obat generik yang dijual di kedai-kedai runcit. Dan anehnya lagi, penyakit-penyakit itu membuat si penderita seperti terkunci mulutnya untuk bisa mengucapkan dua frasa itu. Dan biasanya, ujung dari deritanya, mereka kebanyakan menjadi bisu, tak mampu mengucapkan sepatah kata pun selain erangan.

Dan ia, si lelaki renta itu, seolah dapat memastikan bahwa sebab dari semua ini adalah karena kelancangan mereka yang menyebut dua frasa itu secara sembarangan. Tak hanya itu, dua frasa itu kini bahkan telah diperjual-belikan ke mana-mana, karena rupanya ia bernilai tinggi karena dianggap eksotis dan jadi ikon historis. Maka dua frasa itu diproduksi, seperti layaknya memproduksi kayu arang atau ikan asin. Dan anehnya, mereka tidak percaya bahwa lidah mereka sendiri sebenarnya juga bergaram. Tapi mungkin garam dengan rasa asinnya yang lain.

Sesekali ia, lelaki renta itu, pernah juga melemparkan saran, "Sebenarnya kalian juga tak boleh menyebut dan memperlakukan dua frasa itu secara sembarangan. Buruk padahnya nanti." Tapi, saran dari seorang renta yang bersuara parau, bagi mereka, hanya bagai suara gemerisik semak dalam hutan. Dan mereka selalu menjawab dalam bisik yang sumbang, "Maklum, masa mudanya tak sebahagia kita…"
***
Tapi di malam yang mendung itu, ia tak menduga tiba-tiba segerombolan orang secara agak memaksa, membawanya ke tepian laut. Lelaki renta itu bingung, kenapa orang-orang yang biasanya selembe saja padanya, kini demikian bersemangat memintanya untuk ikut bersama mereka. Apakah ada sebuah perayaan? Setahu ia, di sepanjang bulan ini tak ada perayaan hari besar maupun perayaan adat. Dan, kalaupun ada, biasanya ia lebih sering tidak diundang, karena mungkin dianggap telah demikian uzur, atau mungkin kehadirannya membuat orang-orang muda tak bebas berekspresi, karena pastilah terkait dengan pantang-larang.

Sesampainya di tepian laut, ia menyaksikan orang-orang telah duduk bersila, sebagian bersimpuh, di atas pasir hitam. Mereka tampak tertunduk demikian hikmat. Di bibir pantai, terlihat beberapa buah perahu yang berbaris, seperti barisan meriam yang moncongnya mengarah ke laut, siap diluncurkan. "Ah, inilah satu frasa itu, yang tampaknya akan dilayarkan ke satu frasa yang lain," pikir lelaki renta itu. Dan ia langsung dapat menduga bahwa akan ada sebuah upacara pengobatan tradisional. Tapi siapa yang sakit?

Seorang muda, tiba-tiba seperti berbisik ke telinga lelaki renta itu. "Datuk, kami mengundang Datuk ke sini untuk meminta Datuk supaya bisa mengobati kami semua." Lelaki renta yang dipanggil Datuk itu agak terkejut. Keningnya berkerut. Ia tidak melihat ada gejala atau tanda-tanda bahwa orang-orang yang berada di sini dalam keadaan sakit. Yang tampak olehnya adalah sekumpulan besar orang yang seperti sedang berdoa. Tapi pemuda itu berbisik lagi, "Datuk, kami semua yang berkumpul di sini sedang menderita penyakit bisu. Sebagian mereka telah benar-benar bisu dan tak bisa mengucapkan sepatah kata pun. Dan sebagian kecil yang lain, termasuk saya, tak bisa mengucapkan dua frasa itu, Datuk. Sementara untuk melakukan upacara ini tentu harus mengucapkan dua frasa itu kan, Datuk? Untuk itu, kami semua meminta Datuk untuk melakukan prosesi pengobatan… …pengobatan…pengobatan…tak bisa Datuk, saya betul-betul tak bisa mengucapkannya." Lidah pemuda itu seperti tersangkut saat hendak menyebut sebuah frasa.

Lelaki renta itu seperti tak percaya. Tapi kepalanya tampak mengangguk-angguk perlahan. Lalu ia mendekatkan mulutnya ke telinga pemuda, dan membalas berbisik, "Anak muda, kalian pernah melarangku untuk mengucapkan dua frasa itu. Kini kalian juga yang meminta aku untuk mengucapkannya. Apakah kalian tak takut badai topan yang akan menyerang? Kalian tak takut maut?"

Pemuda itu tertunduk ragu. Tak lama kemudian berbisik kembali. "Datuk, kami semua pasrah. Kalaulah ditakdirkan untuk menerima badai topan, dan kami harus mati karenanya, mungkin itu akan lebih baik daripada kami harus hidup membisu, dan tak bisa mengucapkan dua frasa itu…"

Bibir lelaki renta itu mengguratkan senyum. Ia kini tak yakin bahwa ia akan mampu bertahan untuk tidak menyebut dua frasa itu, yang sesungguhnya telah demikian lekat bersebati di ujung lidahnya, bagai asin laut yang ia cecap setiap hari dan terus mengalir di air liur ke-melayu-annya. Paling tidak di dalam hatinya, ia senantiasa mengucapkan dua frasa itu menjadi sebuah kalimat, Lancang Kuning yang tersesat di tepian Selat Melaka.***
Pekanbaru, 2005

Selasa, 26 Juli 2011

tips dari blog sebelah

Tips Efektif Memanfaatkan Koneksi Internet

Memiliki koneksi internet di rumah ternyata belum tentu menjamin kita bisa bekerja secara optimal dalam memanfaatkannya. Anggapan awal waktu kita pakai layanan internet unlimited umumnya supaya lebih mudah mengatur waktu online dan tidak capek keluar masuk warnet. Kenyataannya tidak semudah itu kegiatan blogging berjalan lancar. Ada saja godaan untuk klik situs atau chatting yang tidak ada hubungannya dengan blogging. Lama-lama bisa dibayangkan sendiri, bisnis online tidak jalan malah asyik becanda di situs jejaring sosial.
Bagi seorang pebisnis internet murni, sebenarnya beda kegiatan produktif dan tidak produktif itu sangat tipis. Boleh jadi dari luar kelihatan cuma becanda dan nggak ngapa-ngapain, tapi ternyata di balik kegiatan internet ria tersebut mampu menghasilkan pendapatan turunan yang tidak disangka-sangka. Sebaliknya, ada yang siang malam serius pantengin internet ternyata belum menghasilkan pundi-pundi dollar. Nah, supaya waktu online tidak terbuang sia-sia, berikut ini ada beberapa hal yang patut  Anda perhatikan supaya online jadi lebih bermanfaat.


1. Jika Anda memiliki website bisnis dan belum sempat berlatih optimasi web, maka mulailah sekarang.
Proses berlatih SEO itu sangat penting untuk keberhasilan Anda dan inilah yang akan menentukan kesuksesan atau kehancuran bisnis yang Anda jalankan melalui internet. Saat ini ada banyak jasa layanan SEO yang ada di internet. Boleh saja Anda menyewa jasa mereka untuk menempatkan web Anda pada ranking atas hasil pencarian Google. Namun secara garis besar Anda harus pahami alur indeks sebuah mesin pencari terhadap sebuah halaman web sehingga mampu tampil di halaman depan mesin pencari.
2. Anda harus mempertahankan kebiasaan efektif.
Seperti telah saya tuliskan dalam artikel Kebiasaan: Pelayan Setia dan Majikan Kejam, bahwa kebiasaan efektif akan menjadi pelayan setia yang dengan setia dan tanpa diminta akan tetap membantu pemiliknya untuk tumbuh berkembang dan sukses. Sebaliknya, kebiasaan yang tidak efektif akan menjadi majikan yang kejam yang tanpa belas kasihan memaksa pemilik kebiasaan itu untuk melakukan hal-hal buruk, yang bahkan merusak dirinya sendiri, dan mendorong untuk menjadi gagal bahkan menderita.
3. Anda dapat menjadikan internet lebih bermanfaat untuk Anda dengan berinvestasi membeli software internet marketing.
Beberapa software yang berhubungan dengan internet marketing terbukti mampu membantu melakukan tugas-tugas rutin seorang blogger dan pebisnis online. Diantara mereka ada yang gratis dan ada yang berbayar. Misalnya
  1. BlogBot ($29.95)
  2. RSSBot ($29.95)
  3. Allscoop RSS Submit (gratis)
  4. SocialBot ($29.95)
  5. BlogDesk (gratis)
  6. SpinnerChief (gratis)
  7. PingOTech (gratis)
  8. Keywallet (gratis)
  9. dan lain-lain
Keberadaan software tersebut bukan cuma mempermudah kerja Anda di depan komputer, namun juga memberi peluang untuk mempelajari berbagai trik dan tips baru dari para ahli marketing dunia untuk kesuksesan Anda di masa mendatang.
4. Jika Anda berharap mampu menghasilkan uang melalui internet, maka Anda harus bersedia menginvestasikan waktu dan energi.
Keberhasilan internet marketing tidak hadir begitu saja tanpa adanya usaha. Buatlah perencanaan untuk diri Anda sendiri tentang berapa banyak waktu yang Anda gunakan untuk mendedikasikannya ke website bisnis Anda dan Anda. Menurut saya, tantangan terbesar seorang pebisnis online sebenarnya bukanlah kompetitor bisnis, namun lebih kepada disiplin diri. Lebih spesifik lagi disiplin waktu. Kita tidak akan sadar telah kehilangan banyak waktu sampai penyesalan itu datang di belakang hari.
5. Forum internet marketing bukan disediakan hanya untuk meninggalkan komentar “Setuju gan!”.
Saat ini ada begitu banyak forum yang didirikan oleh sejumlah situs besar. Mulai dari yang ber-genre anak muda, gaya hidup selebritis, perbincangan politik, hingga forum internet marketer ataupun diskusi khusus buat blogger. Khusus untuk yang saya sebut di belakang ini menyediakan banyak informasi dan peluang bagi Anda untuk mendalami dunia internet marketing. Kegiatan online Anda akan lebih banyak mendatangkan manfaat bila kunjungan ke forum bukan sekedar melihat-lihat gambar menarik dan nyeletuk di salah satu hot thread. Akan lebih baik bila Anda mampu berpartisipasi secara aktif dalam interaksi dengan anggota forum lainnya.
Selain kelima hal di atas tentu masih ada banyak cara lain untuk memanfaatkan waktu online Anda. Mungkin tidak harus berupa kegiatan serius. Sesekali melakukan refreshing dengan mengunjungi situs humor bagi sebagian orang bisa menghilangkan kepenatan dalam sehari. Tapi ingat kuncinya: harus bisa kontrol diri. Andalah yang mengendalikan kuda liar dalam diri Anda. Harus tahu kapan break kapan harus serius.

Kamis, 21 Juli 2011

targetmasadepan: teman terbaik

targetmasadepan: teman terbaik: "ketika kita lagi kesusahan dan kehilangan arah hidup mereka yang selalu ada buat kita walau kita jarang memberi penghargaan terhadap merek..."

teman terbaik

ketika kita lagi kesusahan dan kehilangan arah hidup mereka yang selalu ada buat kita
walau kita jarang memberi  penghargaan terhadap mereka
selain keluarga yang paling aku percaya adalah teman yang telah menjadi sahabat
dan sahabat itu adalah nafas kita saat sesak
 ini adalah daftar teman terbaik karena saat aku membutuhkan mereka selalu ada
  1 udy hartanto
  2 AGUS S   <TKJ>
  3 BAMBANG P  <TKJ>
  4 AGUNG MAYIT
  5 M  RAHMAWAN
  6 FAJAR MUSTOPHA
  7 MARSUDI
  8 TIARA S W
   9 YOHANNA
  10 GANIES
AKU JUPRI EKO C  akan mengutamakan sahabat ku semampuku karena mereka telah memberi semangat  untuk menjalani hidup